Minggu, 19 April 2009

Berterima kasih bisa membawa kemajuan

Kehidupan adalah nyata, kondisi bisa selalu berubah banyak sekali masalah bisa datang tiba-tiba di luar dugaan kita. Alkisah, di suatu kecamatan yang kecil di situ ada dua rumah makan bakmie, rumah makan yang satu posisinya berada di barat sedangkan yang satu lagi berada di timur. Dua perusahaan rumah makan bakmie tersebut telah berada disitu lebih dari 20 tahun maka tanpa disadari telah terjadi regenerasi pemiliknya atau pemilik sekarang adalah angkatan kedua.

Apa mau dikata kehidupan selalu berubah, pada suatu saat ditengah-tengah dari dua perusahaan rumah makan bakmie itu muncul rumah makan bakmie yang baru dengan ruangan rumah makan yang lebih baru, dekorasi yang lebih indah, memasang AC sehingga suasana rumah makan bakmie tersebut ramai sekali. Hal ini tentu mendatangkan rasa tidak suka dan kemarahan dari pemilik generasi kedua dari dua tukang bakmie yang berada di barat maupun yang di timur.

Pemilik bakmie yang berada di timur merasa dirinya sangat-sangat terganggu dengan keberadaan tukang bakmie yang baru, sehingga ia selalu setiap hari merasa marah, merasa kesal karena di rumah makannya itu langganannya mulai berkurang sedangkan dilihat dengan jelas rumah makan bakmie yang baru itu ramai luar biasa. Hal ini menyebabkan dia sangat marah dan terganggu apalagi orang yang makan bakmie di rumah makan yang baru itu parkirnya sudah memasuki area parkir rumah makan dia, tentu hal ini menimbulkan kemarahan sehingga pada suatu hari dengan perasaan tidak suka dan marah ia datang ke pemilik rumah makan bakmie yang berada di tengah sampai terjadi keributan dan perkelahian. Tentu bisa kita bayangkan, keributan dan perkelahian tersebut tidak selesai hanya di situ saja, bahkan perkelahian itu sampai kepada kantor polisi karena pemilik rumah makan yang berada di timur menggunakan senjata tajam yaitu alat pemukul yang tumpul dan memukul kepala pemilik rumah makan bakmie yang baru. Akhirnya pemilik rumah makan bakmie yang berada di timur itu di tahan.

Sedangkan pemilik rumah makan bakmie yang berada di barat juga hatinya sangat-sangat terganggu sekali dengan kedatangan rumah makan bakmie baru yang berada di tengah bahkan ia juga sangat terganggu karena tempat parkir rumah makan yang baru itu sudah masuk ke area parkir dia. Beruntung dia beragama Buddha, hati boleh panas, perasaan boleh tidak senang, merasa terganggu, merugikan, tetapi dia umat Buddha sehingga ia meminta nasehat kepada seorang Maha Bhiksu mengenai masalah ini.

Maha Bhiksu mendengar cerita tersebut dan tersenyum dengan mengatakan kepada pemilik rumah makan bakmie yang berada di barat, katakan dia sebagai B. “ B setiap orang di dunia ini berhak menentukan usaha apa yang mau ia tekuni, kamu sudah generasi yang kedua dari rumah makan bakmie yang berada di kecamatan ini, melihat dalam kecamatan ini ekonominya begitu bagus dan kamu berjualan bakmie begitu ramai tentu saja mudah sekali memancing orang ketiga untuk berdagang. Dan itu kamu harus mengsikapi dengan rasa bersyukur bahwa selagi kamu masih muda kamu bisa melihat kenyataan dan menghadapi tantangan yang baru, coba bayangkan bagaimana langganan lama kamu merasa nyaman berada di rumah makan bakmie kamu ini yang sudah berusia 30 tahun dari ayah kamu yang tidak pernah ada renovasi, bangkunya aja sudah tidak nyaman, udaranya saja makin hari sudah makin panas, suasananya kumuh. Coba kamu lihat keadaan rumah makan bakmie yang baru itu, dia kenapa bisa ramai, kamu harus menyelidikinya. Jangan menghadapi tantangan persaingan dengan kemarahan apalagi kebencian, memang berdasarkan logika kamu bisa mengatakan kurang ajar kita sedang enak-enak dagang di sini sebelumnya cukup dengan 2 rumah makan bakmie dan itu sudah berlangsung selama 30 tahun dan sekarang datang yang baru. Jangan menyikapi dengan rasa benci, marah, dendam, merasa terganggu karena keinginan kamu tidak tercapai. Syukurilah lihat kenapa langganan-langganan kamu pindah makan ke rumah makan bakmie yang baru”.

Pemilik bakmie yang di barat itu setelah mendengar nasehat Bhiksu tersebut dengan hati merasa malu ia mengakui, setiap manusia tentu punya hak untuk berusaha, memutuskan memilih membuat rumah makan bakmie sah-sah saja. Dengan rasa malu dan menyikapi bersyukur di nasehati oleh Bhiksu, ia pergi ke rumah makan bakmie yang di tengah itu untuk makan bakmie, begitu ia masuk ke ruangan tunggu karena keadaan ramai dia merasa suasananya nyaman, dekorasi ruangannya begitu sejuk, sudah memakai AC, lantai dan kursinya bersih, setelah dia selesai makan di situ dia pulang dan merenung, dia melihat rumah makan bakmienya sendiri sudah begitu kotor, kumuh, 30 tahun tidak pernah di renovasi. Selama ini karena kesibukan ramainya yang belanja, sehari demi sehari berlalu begitu saja sehingga tidak terasa karena terbiasa melihat keadaan kotor tanpa perbandingan. Dan sekarang ada perbandingan dengan rumah makan yang baru, dia merasa rumah makannya sudah sangat tua, maka dengan satu tekad yang besar ia harus mengadakan perubahan, mengikuti perubahan zaman, ia pasang pengumuman rumah makan bakmie ini tutup untuk 2 bulan karena akan melakukan renovasi besar-besaran.

Mulailah ia membersihkan selokan, mengecat baru lagi gedungnya, pasang AC, piring mangkok yang pecah dan berantakan di ganti dengan yang baru, anak buah yang melayani dengan memakai kaos dilarang, dia mulai menyeragamkan anak buahnya dengan pakaian yang pantas, dan tukang masaknya dipakaikan baju yang rapih. 30 tahun kedaan yang kumuh di rubah menjadi lebih rapih dan bersih bahkan dia menggunakan metode yang baru yaitu tamu yang belanja bisa melihat ruangan dapurnya langsung yang kelihatan bersih dan nyaman. Ternyata setelah renovasi selesai selama 2 bulan dan di buka kembali mulailah rumah makan bakmie dia sehari demi sehari menjadi ramai, langganan yang lama maupun yang baru mulai berdatangan kembali.

6 bulan telah berlalu setiap pagi sekarang dia buka rumah makan bakmie nya dengan satu sikap yang bersemangat, hari ini semoga bisa lebih baik dagangannya dari kemarin, setiap memulai usaha anak buahnya datang satu jam di muka, membersih-bersihkan ruangan dan diberikan breefing olehnya, kita harus menyambut tamu dengan tersenyum dan ramah, tamu adalah raja tamu yang memberi makan kepada kita, dia menyampaikan pesan dari Bhiksuunya tersebut yaitu darah dan daging ini adalah pemberian orang tua, pakaian yang kita pakai ini adalah pemberian dari tamu yang makan di rumah makan kita.

Dengan semangat yang baru dan mensyukuri apa yang ada, di dalam hati tidak ada rasa marah kepada rumah makan bakmie yang ditengah, sehingga ucapannya yang baik-baik saja, melayani tamu bagaikan raja, tidak seperti dulu selalu menjelekkan rumah makan yang di tengah. Setelah 6 bulan dia melihat rumah makannya ramai kembali tidak kalah dengan yang berada dengan rumah makan yang ditengah karena di renovasi lebih modern lagi, karena memang dia merupakan rumah makan yang sudah lama dan sudah dikenal dan punya modal yang kuat sehingga renovasinya bisa lebih baik daripada rumah makan yang berada di tengah. Sekarang kalau di bandingkan, rumah makan dia bisa lebih bersih, rapi, nyaman , dingin, terasa lebih mewah, lebih menyejukkan daripada rumah makan ditengah yang hanya renovasi begitu saja. Sedangkan rekannya yang dulu, yang berada di timur karena kena perkara polisi masuk penjara, tokonya tidak diteruskan lagi, dengan demikian dia menjadi survive kembali.

Teman-teman sedharma yang berbahagia, kehidupan adalah nyata setiap saat selalu berubah dalam menghadapi perubahan dengan perasaan marah-marah tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan mungkin bisa membuat masalah menjadi tambah buruk. Mari kita hadapi kondisi perubahan yang baru dengan rasa bersyukur dan berterima kasih, bagaikan di suatu perusahaan yang datang pegawai baru, rekan kerja yang baru jangan memusuhinya, jangan takut dengan kedatangan orang yang baru, kalau kita punya rasa permusuhan mana bisa terjadi penyegaran dalam jiwa. Oleh arena itu, mari kita belajar mensyukuri perubahan, mensyukuri kondisi yang baru, menghadapi tantangan masa depan yang baru dengan tersenyum penuh semangat mengupgrade diri kita sendiri, meningkatkan daya kemampuan diri kita sendiri, meperbaiki sikap perbuatan kita sendiri. Percayalah kitapun juga tidak akan kalah, kita akan survive apalagi di zaman teknologi yang sudah sangat maju, kita sebagai karyawan lama yang dulu hanya memakai mesin ketik biasa paling tinggi memakai mesin ketik elektronik, sedangkan karyawan baru sudah bisa menggunakan komputer. Kalau kita tidak mau mengupgrade diri kita belajar komputer, belajar teknologi baru tentu aja kita bisa ketinggalan.

Oleh karena itu, mensyukurilah kondisi baru yang ada, hadapilah tantangan dengan rasa gembira, dengan pepatah mengatakan “ saingan kita pada hakekatnya adalah teman kita yang membangkitkan tantangan untuk kita lebih bisa waspada dan maju kembali”. Sungguh beruntung kehidupan kita sebagai manusia biasa mempunyai keyakinan beragama, sehingga dikala kita susah kita tetap ingat kepada agama kita, sungguh beruntung kita dilahirkan beragama Buddha kita bisa mendapatkan nasehat-nasehat yang baik dari pemuka agama kita, dari seorang Maha Bhiksu seperti pemilik rumah makan yang berada di barat itu.

Selamat berjuang kawan, hadapilah dengan sikap yang wajar dan bersyukur satu tantangan adalah awal untuk mendorong kita berusaha untuk maju. Satu tantangan adalah awal mendorong kita untuk lebih belajar lagi agar kita maju. Memang kehidupan manusia harus selalu diisi dengan semangat yang baru, dengan rasa bersyukur berterima kasih, dengan demikian kehidupan kita tidak akan kosong, tidak akan jenuh, dan kita akan gembira dan berbahagia. Selamat berjuang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar