Senin, 15 Juni 2009

ZEN

CHA’N/ZEN BUDDHISME

Zen Buddhisme adalah sebuah aliran yang menekankan pentingnya meditasi dan mengkhususkan diri dalam hal itu. Zen yang mewakili puncak spiritualitas dalam agama Buddha adalah berintikan tentang transimi jiwa ajaran Buddha yang bersifat istimewa.

Sejarah Cha’n/Zen

Dikisahkan secara legendaries bahwa ketika di dalam pertemuan dharma, Sang Buddha berkumpul dengan para siswanya, datanglah seorang Brahmin yang memberikan sekuntum bunga Kumbhala kepada Sang Buddha seraya berharap agar Sang Buddha menerangkan Dharma. Pada saat itu Sang Buddha tidak berkata satu katapun, hanya tersenyum. Tak seorangpun yang mengerti, hanya Maha Kasyapa yang tersenyum dan mengerti apa yang dimaksud oleh Sang Buddha. Berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kasyapa: ‘Engkaulah, Maha Kasyapa! Yang mengerti pelajaran tersebut dan aku wariskan pelajaran tersebut kepadamu’.

Berikut ini silsilah para Acharya/Patriach/Guru Cha’n Buddhisme di India secara tradisional sebelum kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok pada 520 M :

1. Sakyamuni Buddha

15. Kanadeva

2. Maha Kasyapa

16. Arya Rahulata

3. Ananda

17. Samghanandi

4. Sanavasa

18. Samghayasas

5. Upagupta

19. Kumarata

6. Dhritaka

20. Jayata

7. Micchaka

21. Vasubhandu

8. Buddhanandi

22. Manura

9. Buddhamitra

23. Hakkenayasas

10. Bhiksu Parsva

24. Bhiksu Simha

11. Punyayasas

25.Vasasita

12. Asvagosha

26. Punyamitra

13. Bhiksu Kapimala

27. Prajnatara

14. Nagarjuna

28. Bodhidharma

Bodhidharma datang ke Tiongkok pada masa dinasti Liang (502-557M), beliau mula-mula sampai di Nanking. Sebenarnya apa yang diajarkan oleh Bodhidharma tidak menitikberatkan teori-teori, yang penting adalah pengertian dan intuisi dari seorang siswa yang timbul dari dalam batinnya sendiri di dalam usaha penghayatan terhadap Buddha Dharma di samping adanya ketekunan di dalam meditasi.

Bodhidharma menurunkan ajarannya Dhyana kepada muridnya, Hui Khe yang menjkadi sespuh kedua aliran Cha’n di Cina. Demikian seterusnya, hingga dikenal enam sesepuh yaitu:

1. Bodhidharma

2. Hui Khe

3. Shen Chie

4. Tao Sin

5. Hung Jen

6. Hui Neng

Setelah Hui Neng sistem pewarisan sesepuh atau Patriach ditiadakan. Namun demikian, terdapat juga beberapa Zen master yang cukup terkenal diantaranya : Master Han san, Fa Jung, Upasaka Ph’ang dan Master Ma Tsu serta lain-lainnya. Dari Cina, ajaran Cha’n menyebar ke Jepang dan dikenal dengan istilah Zen. Istilah Zen dari jepang inilah yang kemudian lebih populer untuk menamai aliran Dhyana atau Cha’n

Sutra-Sutra yang di jadikan pedoman oleh Cha’n/Zen

Kendatipun kita sering mendengar bhawa kaum Cha’n/Zen tidak terikat kepada Sutra-Sutra, ada juga Sutra-Sutra yang di jadikan ‘teori’ oleh mereka. Ini juga berarti mereka tidak terlalu terikat kepada apa yang tertulis dalam Sutra-Sutra. Sutra tersbut adalah:

1. Suranggama Sutra (Leng Yen Cing) terjemahan Siksananda

2. Lankavatara Sutra (Leng Kha Cing) terjemahan Gunabadra

3. Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (Cin Kang Cing/Sutra Intan) terjemahan Kumarajiva

4. The Platform Sutra of Sixth Patriach (Liu Chu Th’an Cing/Sutra Altar dari Hui Neng)

5. Vimalakirti Nirdesa Sutra (Wei Mo Cing) terjemahan Kumarajiva

Dasar filsafat Cha’n/Zen

Dasar dari Cha’n atau Zen sering diungkapkan sebagai berikut :

Diberikan di luar pelajaran

Tanpa mengunakan kata-kata tulisan

Langsung diarahkan kepada hati manusia

Mengenal sifat asli itu sendiri dan menjadi Buddha

Di dalam Cha’n/Zen, upacara-upacara yang berbelit-belit kurang di perhatikan, pembakaran dupa wangi dan lilin pun hanya sekali-sekali. Mereka juga mengulang Sutra, namun hal itu bukan merupakan suatu ikatan. Bagi mereka meditasi adalah bagian dari kehidupan mereka, namun meditasi tidak bias menjamin seseorang menjadi Buddha. Segala sesuatu harus diresapi dan di realisasikan agar dapat menghayati setiap momen kehidupan. Mereka begitu menyintai ketenangan, keheningan serta keindahan alam karena hal-hal demikian banyak membantu dalam usaha untuk mencari diri pribadi dan mengenal diri sendiri. Tentu saja moral kesusilaan sangatlah mereka junjung.

Ada dua buah syair yang terkenal yang masing-masing di buat oleh Shen Siu dan Hui Neng yang dapat mengambarkan garis esar filsafat Cha’n/Zen.

Syair dari Shen Siu sebagai berikut:

Tubuh adalah pohon Bodhi

Hati laksana cermin yang berbingkai

Setiap saat rajin membersihkannya

Jangan sampai di kotori oleh debu

Syair lain yang di buat oleh Hui Neng sebagai berikut:

Bodhi sesungguhnya tak berpohon

Cermin terangpun tidaklah berbingkai

Pada mulanya memang tidak ada sesuatu apapun

Yang dapat di kotori oleh debu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar